Jumat, 06 Januari 2012

hipertensi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit system kardiovaskuler yang banyak dijumpai di masyarakat. Hipertensi bukanlah penyakit menular, namun harus senantiasa diwaspadai.Hiperetensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Disebut sebagai “pembunuh diam-diam”karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakan gejala. Institut Nasional Jantung, Paru, dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau denganinterval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup.
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi; lebih dari 90% diantara mereka menderita hipertensi asensial (primer), dimana tidak dapat ditemukan penyebab medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder), seperti penyempitan arteri renalis atau penyakit parenkhin ginjal, berbagai obat, disfungsi organ, tumor, dan kehamilan.
1.2         Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud Hipertensi ?
2. Bagaimana pengkajian pada pasien hipertensi?
3. Bagaimana analisa data pada pasien hipertensi?
4. Bagaimana diagnosa pada pasien hipertensi?
5. Bagaimana Perencanaan pada pasien hipertensi?
6.Bagaimana Implementasi pada pasien hipertensi?
7.Bagaimana Evaluasi pada pasien hipertensi?





1.3         Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian hipertensi
2.    Untuk mengetahui pengkajian pada pasien hipertensi
3.    Untuk mengetahui analisa data pada pasien hipertensi
4.    Untuk mengetahui diagnosa pada pasien hipertensi
5.    Untuk mengetahui Perencanaan pada pasien hipertensi
6.    Untuk mengetahui Implementasi pada pasien hipertensi
7.    Untuk mengetahui Evaluasi pada pasien hipertensi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer, 2001)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. (http://www.ningharmanto.com/2009/01/hipertensi/)
Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah Tinggi jika tekanan Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan Diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk Diastolik.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai “normal”. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.

2.2. EPIDEMIOLOGI

Hipertensi dikenal sebagai salah satu penyebab utama kematian di Amerika Serikat. Sekitar seperempat jumlah pendududk dewasa menderita hipertensi, dan insidennya lebih tinggi dikalangan Afro-Amerika setelah usia remaja.
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi essensial dan sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu.

2.3. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

2.4. ETIOLOGI /PENYEBAB

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1.  Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan darah meningkat.
3.   Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua sertapelabaran pembuluh darah.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
·         Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
·         Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
·         Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
·         Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
·         Kegemukan atau makan berlebihan
·         Stress
·         Merokok
·         Minum alcohol
·         Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
a. Ginjal
·         Glomerulonefritis
·         Pielonefritis
·         Nekrosis tubular akut
·         Tumor
b. Vascular
·         Aterosklerosis
·         Hiperplasia
·         Trombosis
·         Aneurisma
·         Emboli kolestrol
·         Vaskulitis
c. Kelainan endokrin:
·         DM
·         Hipertiroidisme
·         Hipotiroidisme
d. Saraf:
·         Stroke
·         Ensepalitis
·         SGB
e. Obat – obatan:
·         Kontrasepsi oral
·         Kortikosteroid


2.5. MANIFESTASI KLINIS
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
·   sakit kepala
·   kelelahan
·   mual
·   muntah
·   sesak nafas
·   gelisah
·   pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

2.6. KLASIFIKASI

The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu :

Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *

Kategori
Sistolik
(mmhg)
Diastolik
(mmhg)
Normal
< 130
<85
Normal tinggi
130-139
85-89
Hipertensi †

Tingkat 1 (ringan)
140-159
90-99
Tingkat 2 (sedang)
160-179
100-109
Tingkat 3 (berat)
≥180
≥110

Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan sistolik dan diastolic turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih adalah kategori yang lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali pembacaan atau lebih yang dilakukan pada setiap dua kali kunjungan atau lebih setelah skrining awal.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.

2.7. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007)  adalah diantaranya :
·         Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic attack (TIA).
·         Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).
·         Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
·         Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.




2.8.  PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal     terpisah dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan.


2.9. EVALUASI DIAGNOSTIK
Riwayat pemeriksan fisik yang menyeluruh sangat penting. Retina harus diperiksa dan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengkaji kemungkinan ada kerusakan organ, seperti ginjal atau jantung, yang disebabkan oleh tingginya tekanan darah. Hipertrofi ventrikel kiri dapat dikaji dengan elektrokardiografi, protein dalam urin dapat dideteksi dengan urinalisa. Dapat terjadi ketidakmampuan untuk mengonsentrasi urine dan peningkatan nitrogen peningkatan urea darah. Pemeriksaan khusus seperti renogram, pielogram intravena, arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah, dan penentuan kadar urin dapat juga dilakukan untuk mengidentifikasi pasien dengan penyakit renovaskuler. Adanya faktor risiko lainnya juga harus dikaji dan dievaluasi.

2.10.PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2. Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.

b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulakn intoleransi.
5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang. Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.


2.11. PENCEGAHAN
Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup. Hindari kebiasaan lainnya seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol diduga berpengaruh dalam meningkatkan resiko Hipertensi walaupun mekanisme timbulnya belum diketahui pasti

Oval: Ansietas
Faktor predisposisi : usia, jenis kelamin, merokok, stress, kurang  olah raga, genetic, alcohol,konsumsi garam, obesitas
 
Pathway
 






















2.12. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
I.      PENGKAJIAN
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala : kelemahan, keletihan, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
SIRKULASI
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit serebrovaskular. Episode palpitasi, perspirasi.
Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk menegakan diagnosis). Hipotensi postural (mungkin berhubungna dengan regimen obat ). Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis ; perbedaan denyut seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis; denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak teraba atau lemah. Frekuensi/irama : takikardia berbagai disritmia. Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar ; S3 (CHF dini); S4 (pergeseran ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri). Murmur stenosis valvular. Ekstremitas ; perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer) ; pengisian kapiler mungkin melambat /tertunda (vasokonstriksi)
INTEGRITAS EGO
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor stress multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan)
Tanda : letupan suara hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.


ELIMINASI
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal dimasa lalu)
MAKANAN/CAIRAN
Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur); kandungan tinggi kalori. Mual, muntah. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun).
Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau tertentu); kongesti vena;  glukosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetik)
NEUROSENSORI
Gejala : keluhan pening/pusing. Berdenyut. Sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan stelah beberapa jam ).  Episode kebas/kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur). Episode epistaksis.
Tanda : status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses piker, atau memori (ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan dan /atau reflex tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal optik: dari sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada berat/lamanya hipertensi.
NYERI/KETIDAKNYAMANAN
Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah). Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri abdomen/massa (feokromositoma)

PERNAPASAN
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takipnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum. Riwayat merokok.
Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan. Bunyi napas tambahan (krekles/mengi). Sianosis.
KEAMANAN
Keluhan/gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia unilateral transien. Hipotensi posturnal.
PEMBELAJARAN/PENYULUHAN
Gejala : faktor-faktor risiko keluarga :hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM, penyakit serebrovaskular/ginjal.
Faktor-faktor risiko etnik : seperti orang Afrika-Amerika, Asia tenggara. Penggunaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat/alcohol.

II.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan afterload, vasokontriksi pembuluh darah.
  2. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen otak
  3. Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebih sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
  4. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral dan iskemia miokard
  5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema, peningkatan cairan intravaskular
  6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum dan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
  7. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan Krisis situasional
  8. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan berhubungan dengan Misinterpretasi informasi
  9. Risiko injuri/cedera berhubungan dengan penglihatan ganda ( diplopia )
  10. Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan








III.   RENCANA KEPERAWATAN
NO
DIAGNOSA
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
1
Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen otak




Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat mencapai atau mempertahankan tingkat umum sadar penuh,bebas dari gejala atau komplikasi neurologis merugikan dengan kriteria hasil :
§ Pasien dapat mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil

1.    Pantau TD, catat adanya hipertensi sistolik secara terus menerus dan tekanan nadi yang semakin berat.


2.    Pantau frekuensi jantung, catat adanya Bradikardi, Tacikardia atau bentuk Disritmia lainnya.



3.    Pantau pernapasan meliputi pola dan iramanya.

4.    Catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya



5.    Berikan obat anti hipertensif misal diazoksida (hiperstat) dan hidralazin (apresolin)
·   Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan pada saat ada fluktuasi TD sistemik. Kehilangan autoregulasi dapat mengikuti kerusakan kerusakan vaskularisasi serebral lokal/menyebar.
·   Perubahan pada ritme (paling sering Bradikardi) dan Disritmia dapat timbul yang mencerminkan adanya depresi/trauma pada batang otak pada pasien yang tidak memiliki kelainan jantung sebelumnya.
·   Napas yang tidak teratur dapat menunjukkan lokasi adanya gangguan serebral dan memerlukan intervensi yang lebih lanjut.
·   Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran adalah sangat berguna dalam menentukan lokasi penyebaran/luasnya dan perkembangan dari kerusakan serebral.

·   Efektif dalam menurunkan tekanan darah untuk mencegah krisis hipertensif yang dapat dihubungkan dengan intoksifikasi PCP.
2
Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebih sehubungan dengan kebutuhan metabolik.

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien mampu mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan, dengan kriteria hasil :
§ Pasien menunjukkan perubahan pola makan
§ Mempertahankan berat badan dengan pemeliharaan kesehatan optimal
§ Melakukan/mempertahankan program olahraga yang tepat secara individual
1.    Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan

2.    Bicarakan pentingnya menurunkan masuka kalori dan batasi batasan lemak, garam dan gula




3.    Tetapkan keinginan pasien untuk menurunkan berat badan


4.    Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.



5.    Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi
·   Kegemukan adalah risiko tambahan terhadap tekanan darah tinggi karena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantungberkaitan dengan peningkatan masa tubuh
·   kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan, yang merupakan predisposisi hipertensi. Kelebiah masukan garam memperbanyak volume cairan intravaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk kondisi
·   motivasi untuk.menurunkan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan bila tidak maka program tidak akan berhasil
.
·   Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diet terakhir. membantu dalam menentukan individu untuk penyesuaian/penyuluhan
·   Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual
3
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran,BB stabil, tanda vital dalam rentang normal dan tak ada oedema dengan kriteria hasil :
§ Menyatakan pemahaman diet individu/pembatasan cairan
1.    Awasi denyut jantung, TD, CVP




2.    Catat pemasukan dan pengeluaran secara akurat.

3.    Awasi berat jenis urine

4.    Timbang tiap hari dengan alat dan pakaian yang sama



5.    Kaji kulit, wajah area tergantung untuk edema
6.    Berikan obat sesuai indikasi (diuretik)
·   Tacikardi dan hipertensi terjadi karena 1. Kegagalan ginjal untuk mengeluarkan urine, 2. Pembatasan cairan berlebih selama mengobati hipovolemia/hipotensi atau perubahan fase oliguri gagal ginjal dan 3. Perubahan pada renin-angiotensin.
·   Perlu untuk menentukan fungsi gnjal, kebutuhan penggantian cairan

·   Mengukur kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan urine
·   Penimbangan berat badan harian adalah pengawasan status cairan terbaru. Peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg per hari diduga ada retensi cairan.
·   Edema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung pada tubuh contoh : tangan, kaki, area lumbosakral
·   Membantu dalam pengeluaran cairan
4
Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral dan iskemia miokard
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien Nyeri terkontrol dengan kriteria hasil :
§ Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
§ Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan
§ Skala nyri 0-1
§ Wajah pasien tidak meringis
1.    Observasi derajat nyeri


2.    Pertahankan tirah baring selama fase akut

3.    Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala atau nyeri dada misal, kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, teknik relaksasi ( panduan imajinasi, distraksi ) dan aktivitas waktu senggang.
4.    Minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya, mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk.
5.    Kaji tanda-tanda vital


6.    Kolaborasi :
-          Analgesik



-          Antiansietas mis, lorazepam, diazepam
·   Mengetahui derajat nyeri yang dirasakan pasien dan mempermudah intervensi selanjutnya

·   Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi

·   Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral dan yang memperlambat/ memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.



·   Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya penigkatan tekanan vaskular serebral.

·   Mengetahui keadaan umum pasien. Peningkatan tanda-tanda vital mengindikasikan nyeri belum dapat terkontrol.

·   Menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang sistem saraf simpatis.
·   Dapat mengurangi tegangan dan ketidaknyamanan yang diperberat oleh stres.
5
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum dan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperukan dengan kriteria hasil :
§ Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
§ Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi
1.    Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit di atas frekuensi istirahat, peningkatan tekanan darah yang nyata selama /sesudah aktivitas, dpsnea atau nyeri dada, keletihan dan kelemahan yang berlebihan, diaforesis, pusing atau pingsan

2.    Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi , misalnya menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menggosok gigi, melakukan aktivitas dengan perlahan
3.    Kaji sejauh mana aktivitas yang dapat ditoleransi

4.    Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi
·   Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap stres aktivitas dan bila ada, merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas





·   Teknik menghemat energi mengurangi pengguanan energi, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen



·   Mengidentifikasi sejauh mana kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas dan perawatan diri.

·   Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan hanya akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.
6
Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tampak rileks
Kriteria hasil:
§  Melaporkan cemas berkurang sampai hilang
§  Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya

1.    Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas



2.    Tinggal bersama pasien, mempertahankan sikap yang tenang. Mengakui atau menjawab kekhawatirannya dan mengizinkan perilaku pasien yang umum.

3.    Jelaskan prosedur, lingkungan sekeliling atau suara yang mungkin didengar oleh pasien

4.    Bicara singkat dengan kata sederhana.


5.    Kurangi stimulasi dari luar : tempatkan pada ruangan yang tenang, kurangi lampu yang terlalu terang, kurangi orang jumlah orang yang berhubungan dengan pasien


·   Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan insomnia. Ansietas berat yang berkembang kedalam keadaan panik dapat menimbulkan perasaan terancam, ketidakmampuan untuk berbicara dan bergerak.
·   Menegaskan pada pasien atau orang terdekat bahwa walaupun perasaan pasien diluar kontrol lingkungannya tetap aman


·   Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan kesalahan interpretasi yang dapat berperan pada reaksi ansietas

·   Rentang perhatian mungkin menjadi pendek, konsentrasi berkurang yang membatasi kemampuan untuk menerima informasi.

·   Menciptakan lingkungan yang terapiutik

7
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan Krisis situasional

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien mampu mengidentifikasi perilaku koping efektif dengan kriteria hasil :
§ Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi
§ Mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil langkah untuk menghindari atau mengubahnya.
§ Mendemonstrasikan pengguanaan keterampilan atau metode koping efektif
1.    kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku misal, kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan dalam partisipasi dalam rencana pengobatan
2.    Bantu pasien untuk mengidentifikasi stresor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya

3.    Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan


4.    Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup. Tanyakan ” apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan?”
5.    Bantu pasien utuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan daripada membatalkan tujuan diri/keluarga
·   Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang, mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari


·   Manifestasi mekanisme koping maladaptif mungkin merupakan indikator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolik
·   Keterlibatan memberikan pasien perasan kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping, dan dapat meningkatkan kerja sama dalam regimen terapeutik


·   Fokus perhatian pasien terhadap realitas situasi yang ada relatif terhadap pandangan pasien tentang apa yang diinginkan.

·   Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.
8
Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan berhubungan dengan Misinterpretasi informasi


Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan dengan kriteria hasil :
§ Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan
§ Mempertahankan TD dalam parameter normal


1.    Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar. Termasuk orang terdekat






2.    Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.
3.    Hindari mengatakan TD ” normal ” dan gunakan istilah ” terkontrol dengan baik ” saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang diinginkan.
4.    Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskuler yang dapa diubah misal, obesitas, diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol, pola hidup monoton,merokok, minum alkohol, pola hidup penuh stres.
5.    Atasi masalah dengan pasien untuk mengidentifikasi cara dimana perubahan gaya hidup yang tepat dapat dibuat untuk mengurangi faktor-faktor penyebab Hipertensi
6.    Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien dalam membuat rencana untuk berhenti merokok.



·   Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosakarena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila pasien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahankan.
·   Pemahaman bahwa tekanan darah tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah untuk memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat.
·   Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan, maka dengan penyampaian ide ”terkotrol” akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan/medikasi.
·   Faktor-faktor risiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskular serta ginjal.




·   Dengan mengubah pola perilaku yang ”biasa/memberikan rasa aman”akan sangat menyusahkan. Dukungan, petunjuk dan empati dapat meningkatkan keberhasilan pasien dalam menyelesaikan tugas
·   Nikotin meningkatkan pelepasan ketokolamin, mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung, TD, dan vasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan, dan meningkatkan beban kerja miokardium.
9
Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan afterload, vasokontriksi pembuluh darah.
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien mampu berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/ beban kerja jantung dengan criteria hasil :
§ Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima
§ Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung yang stabil dalam rentang normal pasien
1.    Pantau TD. Ukur pada kedua tangan/ paha untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat.









2.    Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer



3.    Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas




4.    Amati warnakulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler



5.    Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat di tempat tidur/ kursi, jadwal periode istirahat tanpa gangguan, bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
6.    Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas / keributan lingkungan. Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
7.    Kolaborasi :
-          Berikan obat-obat sesuai indikasi seperti Diuretik tiazid dan vasodilator
·   Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/ bidang masalah vaskular. Hipertensi diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai peningkatan tekanan diastolik sampai 130, hasil pengukuran diastolik di atas 130 dipertimbangkan sebagai peningkatan pertama, kemudian maligna. Hipertensisistolik juga merupakan faktor risiko yang ditentukan untuk penyakit serebrovaskular dan penyakit iskemi jantung bila tekanan diastolik 90-115.
·   Denyutan karotis ,jugularis,radialis dan femoralis mungkin terpalpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi ( peningkatan SVR ) dan kongesti vena
·   S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertrofi atrium. Adanya krakel, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik
·    Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.
·   Menurunkan stres dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi




·   Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis; meningkatkan relaksasi.



·   Tiazid mungkin digunakan sendiri atau dicampur dengan obat lain untuk menurunkan TD pada pasien dengan fungsi ginjal yang relatif normal. Diuretik ini memperkuat agen-agen antihipertensi lain dengan membatasi retensi cairan. Vasodilator menurunkan aktivitas kontriksi arteri dan vena pada ujung saraf simpatik.
10
Risiko injuri/cedera berhubungan dengan penglihatan ganda ( diplopia )

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak mengalami suatu injury dalam perawatan di rumah sakit maupun di rumah dengan kriteria hasil :
-   Pasien tidak mengalami cedera.

1.    Jauhkan dari benda-benda tajam

2.    Berikan penerangan yang cukup
3.    Usahakan lantai tidak licin dan basah
4.    Pasang side rail
5.    Anjurkan pada keluarga klien untuk selalu menemani klien dalam beraktivitas
·   Meminimalkan risiko cedera

·   Meminimalkan terjadinya benturan
·   Meminimalkan klien jatuh
·   Menghindari klien terjatuh pada saat istirahat
·   Untuk meningkatkan  menjaga keamanan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar